Wednesday, February 29, 2012

PIDARTA BASA BALI

PIDARTA BASA BALI

Pembelajaran Kontekstual

Oleh : Depdiknas
A. Latar belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
  • Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
  • Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
  • Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
  • Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
  • Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
  • Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
  • Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
  • Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
  • Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
  • Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
  • Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
  • Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
  • Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
  • Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
  • Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
  • Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
  • Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
  • Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
  1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
  2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
  1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
  2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
  3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
  5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
  6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
  7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
  8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
  9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
  10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
  11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
  12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
  13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
  14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
  1. Menyandarkan pada hapalan
  2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
  3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
  4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
  5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
  6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
  7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
  8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
  9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
  10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
  11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
  12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
  13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
  14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
  1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  2. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  3. Ciptakan masyarakat belajar.
  4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
  • Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
  • Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
  • Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
  • Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
  • Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
  • Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
  • Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
  • Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
  • Tukar pengalaman.
  • Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
  • Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
  • Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
  • Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
  • Mencatat apa yang telah dipelajari.
  • Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
  • Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
  • Penilaian produk (kinerja).
  • Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
  • Kerjasama
  • Saling menunjang
  • Menyenangkan, tidak membosankan
  • Belajar dengan bergairah
  • Pembelajaran terintegrasi
  • Menggunakan berbagai sumber
  • Siswa aktif
  • Sharing dengan teman
  • Siswa kritis guru kreatif
  • Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
  • Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
  1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
  2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
  3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
  4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
  5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Model Pembelajaran Inopatif

A. Model Examples Non Examples
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar
Langkah-langkah :
1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7. Kesimpulan
B. Picture And Picture
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7. Kesimpulan/rangkuman
C. Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6. Kesimpulan
D. Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru
7. Penutup
E. Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
F. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)

Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
G. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup
H. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
I. Artikulasi
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
J. Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
K. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup
L. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan
7. Penutup
M. Debat
Langkah-langkah :
1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6. Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
  1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
  2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
  4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
  1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
  2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
  3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Strategi Pembelajaran
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

Prinsip-Prinsip Belajar

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman “(Hamalik, 2003:36). Sedangkan menurut Morgan (Sagala, 2006:13). Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Berdasarkan Hamalik dan Morgan di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku pada diri siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

Dalam proses belajar ada prinsip belajar yang harus dipegang agar kegiatan belajar tersebut terarah dan baik. Menurut Sagala (2006:53), Prinsip-prinsip belajar sebagaimana berikut ini:
  1. Law of Effect
  2. Spread of Effect
  3. Law of Exercise
  4. Law of Readiness
  5. Law of Primacy
  6. Law of Intencity
  7. Law of Recency
  8. Fenomena Kejenuhan
  9. Belonging ness
Adapun pengertian prinsip belajar di atas adalah sebagai berikut:
a.      Law  of effect
Yaitu berupa hubungan timbal balik antara rangsang yang diberikan guru kemudian siswa memberikan reaksi, sebaiknya suasana belajar dalam keadaan yang nyaman dan menyenangkan, supaya siswa lebih semangat dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
b.      Spread of Effect
Yaitu suatu respon yang diberikan siswa terhadap hasil pembelajaran

c.       Law of Exercise
Yaitu hubungan timbal balik antara rangsang dan respon, harus sering dilatih maka hasil belajar akan lebih optimal.
d.      Law of Readiness
Yaitu suatu keadaan dimana siswa  dalam keadaan siap untuk belajar sehingga proses pembelajaran lebih mudah dipahami oleh siswa.
e.       Law of Primacy
Yaitu keadaan dimana siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, sehingga siswa merasa puas atau senang
f.        Law of Intencity
Memberikan penjelasan yang lebih terperinci apabila diupayakan melalui upaya yang dinamis.
g.      Law of Recency
Yaitu sesuatu pelajaran yang baru dipelajari dan mengesankan akan lebih mudah
h.      Fenomena Kejen
Yaitu suatu pelajaran bosan pendidik dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

i.        Belonging ness
Keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
Menurut Wittig (Muhibbin, 2005:114) proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu:
a.       Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)
b.      Stoge ( tahap penyimpanan informasi)
c.       Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Maksud dari tiga tahapan proses di atas  adalah sebagai berikut:
1.      Aquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi)
Tahapan ini adalah mulainya siswa menerima pengetahuan atau informasi yang kemudian merespon informasi atau pengetahuan tersebut, sehingga dapat menimbulkan pemahaman dan perubahan prilaku pada diri siswa.
2.      Stoge ( tahap penyimpanan informasi)
Tahapan ini adalah kelanjutan dari tahapan Acquisition, yaitu setelah siswa  mendapatkan informasi atau pengetahuan maka secara otomatis siswa tersebut akan menyampaikan pemahaman dan perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri siswa tersebut.
3.      Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Proses retrieval adalah proses dimana siswa tersebut merespon masalah yang dihadapi dengan mengungkapkan dan memproduksi kembali atau dengan kata lain mengingat kembali apa yang tersimpan dalam memori baik berupa informasi, simbol pemahaman ataupun perilaku tertentu

Pendidikan Jasmani

Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan yang sebagian besar menggunakan aktifitas jasmani yang dipilih. Charles Bucher dalam bukunya Foundation of Physical Education (1999) mengemukakan definisi pendidikan jasmani yaitu:
Pendidikan jasmani adalah bagian yang terpadu dari proses pendidikan yang menyeluruh bidang dan sasaran yang diusahakan adalah perkembangan jasmaniah, mental, emosional dan sosial bagi warga negara sehat melalui medium kegiatan jasmaniah.


Harsono (2001:5) berpendapat bahwa: “Pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang mempergunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, atau suatu pendidikan melalui aktifitas-aktifias jasmani/ physical activities
Pendapat tersebut sesuai dengan penjelasan Suherman (2000:4) mengenai pendidikan jasmani yang menjelaskan bahwa:
 Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh dan pendidikan jasmani juga merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.


Konsep pendidikan jasmani terfokus pada proses sosialisasi atau pembudayaan dengan aktivitas jasmani, permainan dan olahraga. Proses sosialisasi berarti pengalihan nilai-nilai budaya dari generasi tua ke generasi yang lebih muda, perantaranya adalah tugas ajar berupa pengalaman gerak yang bermakna dan memberikan jaminan bagi partisipasi dan perkembangan seluruh aspek kepribadian peserta didik. Perubahan terjadi karena keterlibatan peserta didik sebagai aktor atau pelaku melalui pengalaman dan penghayatan secara langsung dalam pengalaman gerak, sementara guru sebagai pendidik berperan sebagai pengarah agar kegiatan yang lebih bersifat pendewasaan itu tidak meleset dari pencapaian tujuan.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani 
Berdasarkaan pedoman yang bersumber pada GBPP (garis-garis besar program pengajaran) disusun berdasarkan masukan dari para ahli dalam bidangnya termasuk juga masukan dari para guru. Dalam hal ini, penyusunan kurikulum harus memperhatikan pada faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan guru, keterbatasan sarana prasarana, alokasi waktu yang tersedia, keterlaksanaan, keluwesan, pengembangan olahraga yang potensial dan masalah-masalah kesehatan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. 

Bentuk kegiatan yang dianjurkan dalam pelajaran pendidikan jasmani meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokoknya yaitu Atletik, Senam, Permainan dan olahraga, Aquatik, dan Pendidikan kesehatan. Sedangkan kegiatan pilihan meliputi Pencak Silat, Bulu Tangkis, Tenis Meja, Olahraga Tradisional, Tennis Lapangan, Sepak Takraw, dan Outdoor Education.
Pada pelaksanan proses belajar mengajar harus tersedia lapangan, selain itu juga diperlukan peralatan untuk atletik, senam, permainan, pendidikan kesehatan. Setiap kegiatan disesuaikan dengan waktu yang tersedia dalam setiap pertemuan dalam kegiatan PBM. Adapun dalam penilaian terhadap anak terdapat beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan diantaranya: peningkatan kebugaran jasmani siswa, keterampilan gerak, prilaku hidup sehat, pengetahuan olahraga, kesehatan, serta kehadiran dan keaktifan siswa dalam setiap PBM berlangsung.  Tetapi dalam hal ini yang dipakai oleh guru pendidikan jasmani sebagai bahan evaluasi yaitu kebugaran jasmani, keterampilan gerak, dan perilaku hidup sehat.

2. Tujuan Pendidikan Jasmani
Secara khusus pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keterampilan gerak fungsional, Suherman dan Mahendra (2001:14) mengemukakan bahwa tujuan utama program pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: “Program pendidikan jasmani adalah untuk menyediakan dan memberikan pengalaman gerak untuk membantu terbentuk landasan gerak yang kokoh yang pada akhirnya diharapkan dapat mempengaruhi gaya hidup yang aktif dan sehat”.
Adapun tujuan pendidikan jasmani dapat di klasifikasikan dalam empat kategori tujuan seperti yang dikemukakan oleh Bucher yang dikutip Suherman (2000:4) yaitu:

1.      Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik.
2.      Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna.
3.      Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani.
4.      Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.


Sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan jasmani tersebut, maka beberapa aktivitas  yang sering kali diberikan dalam suatu program pendidikan jasmani adalah: aktivitas lokomotor, kesegaran jasmani, aktivitas sosial, permainan, dan keterampilan olahraga. Kemudian pendapat lain mengenai tujuan pendidikan jasmani dikemukakan oleh Soesasmito (1999:7 ) yaitu:

1.      Mengembangkan keterampilan gerak
2.      Belajar bergerak dengan terampil dan efektif.
3.      Mengungkapkan pola budaya melalui perilaku personal dalam bermain dan berolahraga.
4.      Mempersiapkan kondisi jantung, paru, otot, sistem organ tubuh untuk dapat menunjang keperluan hidup sehari-hari.
5.      Menghargai dan menghormati kondisi jasmani.
6.      Mengembangkan minat dan perhatian untuk selalu terlibat dalam kegiatan olahraga.


Dari berbagai penjelasan tersebut dapat dijelaskan kembali bahwa tujuan dari pendidikan jasmani adalah untuk perkembangan fisik, gerak, mental dan perkembangan sosial.

Dasar Menulis Esai

Menulis Esai: Dasar

Menulis sebuah esai atau makalah, tanpa mempedulikan topiknya, adalah sebuah proses:
  • Bangun dan definisikan topikmu
    Tuliskan tema atau topik utama esaimu dalam satu atau dua kalimat paling banyak.
  • Tentukan pembaca esaimu
    Apakah yang membaca esaimu adalah dosen yang memberi nilai atau asisten dosen?
    Teman sekelasmu yang akan memberikan kritikan? Sekelompok profesional untuk review?
    Sekelompok profesional untuk review?
    Ingatlah akan pembaca ini selama kamu menulis esai
  • Rencanakan kurun waktu
    Buat suatu kurun waktu penulisan esai, dan antisipasi adanya perkembangan topik esaimu dan revisi. Seringkali suatu esai yang sempurna adalah esai yang direvisi setelah selesai dibuat.
  • Kumpulkan bahan-bahan
    Orang:
    dosen, asisten dosen, pustakawan, ahli dalam bidang, profesional
    Referensi: buku teks, rekomendasi kerja, web site, majalah, buku harian, laporan profesional
  • Riset: baca, wanwancara, eksperimen, kumpul data-data, dll. dan catat selengkap mungkin. Gunakan kartu indek atau word processing.
  • Organisasi catatanmu dengan menulis dahulu di kertas lain:
    fokus pada bebas menulis, petaan, and/atau garis besarnya.
  • Buatlah esai pertamamu (rough draft)Tentukan bagaimana kamu mengembangkan argumentasi: Gunakan logika yang baik dalam argumentasi untuk membantu mengembangkan tema dan/atau mendukung tema. Apakah kamu akan membuat perbandingan atau definisi? Apakah kamu akan mengfritik atau menjelaskan? Lihat definisi istilah-istilah esai di situs Pedoman Belajar.
Paragraf pertama
  • Kenalkan topikmu!
  • Beritahukan pandanganmu kepada pembaca!
  • Rangsang pembaca menyelesaikan membaca esaimu!
  • Fokuskan pada tiga poin untuk kemudian
Paragraf pertama biasanya paling sulit dikerjakan. Bila kamu menemui masalah, biarkanlah dan usahakan untuk menulisnya ulang nanti, bahkan setelah kamu selesai mengerjakan paragraf terakhir. Akan tetapi perlu diingat bahwa paragraf pertamalah yang menarik perhatian pembaca ke topik dan pendapatmu, serta penting untuk membuat mereka membaca esaimu sampai selesai.he first paragraph is often the most difficult to write.
Isi Esai
  • Bangunlah alur isi esai dari satu paragraf ke paragraf yang lainnya
    • Kalimat transisi, klausa, atau kata-kata pada awal paragraf menghubungkan ide pikiran ke ide lainnya.
      (Lihatlah kata & frasa transisi)
    • Kalimat-kalimat pokok, juga terdapat pada awal setiap paragraf, menjelaskan ide yang termuat di dalamnya sesuai dengan konteks esai keseluruhan.
    • Hindari satu atau dua paragraf yang mungkin menunjukkan kurang dikembangkannya poinmu.
  • Tulis dengan kalimat-kalimat aktif
    • "Panitia Akademis memutuskan ..." bukan "Telah diputuskan oleh ..."
    • Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" untuk presentasi yang jelas, dinamis dan efektif.
      (Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" dan presentasimu efektif, jelas dan dinamis.)
    • Menghindari "menjadi" berarti penggunaan kalimat pasif akan berkurang.
  • Gunakan kutipan untuk mendukung pandanganmu
    • Kutiplah dan jelaskan secara tepat setiap ungkapan yang dipakai.
    • Gunakan kutipan dengan gaya blok atau indented secara terpisah karena mereka dapat merusak alur isi esaimu.
  • Buktikan setiap poin pendapatmu secara berkesinambungan dari awal sampai akhir esai
    • Jangan meninggalkan fokus utama esaimu.
    • Jangan langsung meringkas pada isi esaimu. Tunggu sampai pada paragraf kesimpulan.
Kesimpulan
  • Baca paragraf pertama dan isi esaimu dulu
  • Ringkas, kemudian simpulkan argumentasimu
  • Tinjau kembali (sekali lagi) pada paragraf pertama sekaligus isi esai. Apakah paragraf terakhir:
    • menyatakan ulang tema utama secara singkat?
    • merefleksikan keberhasilan dan pentingnya argumentasi yang ada pada isi esai?
    • menyimpulkan isi esai secara logika?
  • Edit/tulis ulang paragraf pertama
    Hal ini dapat membuat isi dan kesimpulan esaimu lebih baik.
Ambil satu atau dua hari libur!
Baca kembali esaimu dengan pikiran yang segar dan pensil yang runcing
Edit, koreksi dan tulis ulang bila diperlukan
Kumpulkan esaimu
Rayakan pekerjaan yang telah kamu selesaikan dengan baik
(kamu harus percaya ini!).

Persiapan Menghadapi Ujian

Untuk melakukan ujian dengan baik, mula-mula kamu harus mempelajari dan melakukan review materi sebelum ujian. Berikut adalah beberapa teknik untuk memahami materi ujian dengan lebih baik:

Belajar - Pasca Belajar
  • Review catatanmu segera setelah kelas.
  • Review catatanmu dengan singkat sebelum masuk kelas kembali.
  • Jadwalkan waktu yang agak lama untuk review catatan tersebut setiap minggunya
Review
  • Atur catatan, teks dan tugas-tugasmu.
  • Perkirakan waktu yang kamu butuhkan untuk melakukan review.
  • Buatlah jadwal review yang terdiri dari waktu dan bahan materi.
  • Ujilah dirimu sendiri dengan materi tersebut.
  • Selesaikan belajarmu sehari sebelum ujian dimulai.
  •  ...................................................................

    Sepuluh Tips saat Ujian

     Ketika kamu melakukan ujian, kamu sedang mendemonstrasikan kemampuanmu dalam memahami materi kuliah, atau dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Bila kamu ragu terhadap kejujuran ujian, atau kredibilitas ujian tersebut untuk menguji kemampuanmu, temuilah
    dosen pembimbingmu.
    Ujian memberikan dasar evaluasi dan penilaian
    terhadap perkembangan belajarmu.
    Ada beberapa kondisi lingkungan,
    termasuk sikap dan kondisimu sendiri, yang mempengaruhimu dalam melakukan ujian.
    Sepuluh tips untuk membantu kamu dalam mengerjakan ujian:
  • Datanglah dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
    Bawalah semua alat tulis yang kamu butuhkan, seperti pensil, pulpen, kalkulator, kamus, jam (tangan), penghapus, tip ex, penggaris, dan lain-lainnya. Perlengkapan ini akan membantumu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian.
  • Tenang dan percaya diri.
    Ingatkan dirimu bahwa kamu sudah siap sedia dan akan mengerjakan ujian dengan baik.
  • Bersantailah tapi waspada.
    Pilihlah kursi atau tempat yang nyaman untuk mengerjakan ujian. Pastikan kamu mendapatkan tempat yang cukup untuk mengerjakannya. Pertahankan posisi duduk tegak.
  • Preview soal-soal ujianmu dulu (bila ujian memiliki waktu tidak terbatas)
    Luangkan 10% dari keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal. Rencanakan untuk mengerjakan soal yang mudah dulu, baru soal yang tersulit. Ketika kamu membaca soal-soal, catat juga ide-ide yang muncul yang akan digunakan sebagai jawaban.
  • Jawab soal-soal ujian secara strategis.
    Mulai dengan menjawab pertanyaan mudah yang kamu ketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang seharusnya kamu kerjakan adalah:
    • soal paling sulit
    • yang membutuhkan waktu lama untuk menulis jawabannya
    • memiliki nilai terkecil
  • Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, ketahuilah jawaban yang harus dipilih/ditebak.
    Mula-mulai, abaikan jawaban yang kamu tahu salah. Tebaklah selalu suatu pilihan jawaban ketika tidak ada hukuman pengurangan nilai, atau ketika tidak ada pilihan jawaban yang dapat kamu abaikan. Jangan menebak suatu pilihan jawaban ketika kamu tidak mengetahui secara pasti dan ketika hukuman pengurangan nilai digunakan. Karena pilihan pertama akan jawabanmu biasanya benar, jangan menggantinya kecuali bila kamu yakin akan koreksi yang kamu lakukan.
  • Ketika mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
    Buat kerangka jawaban singkat untuk esai dengan mencatat dulu beberapa ide yang ingin kamu tulis. Kemudian nomori ide-ide tersebut untuk mengurutkan mana yang hendak kamu diskusikan dulu.
  • Ketika mengerjakan soal ujian esai, jawab langsung poin utamanya.
    Tulis kalimat pokokmu pada kalimat pertama. Gunakan paragraf pertama sebagai overview esaimu. Gunakan paragraf-paragraf selanjutnya untuk mendiskusikan poin-poin utama secara mendetil. Dukung poinmu dengan informasi spesifik, contoh, atau kutipan dari bacaan atau catatanmu.
  • Sisihkan 10% waktumu untuk memeriksa ulang jawabanmu.
    Periksa jawabanmu; hindari keinginan untuk segera meninggalkan kelas segera setelah kamu menjawab semua soal-soal ujian. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa dan tanda baca. Untuk jawaban matematika, periksa bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan desimal). Bandingkan jawaban matematikamu yang sebenarnya dengan penghitungan ringkas.
  • Analisa hasil ujianmu.
    Setiap ujian dapat membantumu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya. Putuskan strategi mana yang sesuai denganmu. Tentukan strategi mana yang tidak berhasil dan ubahlah. Gunakan kertas ujian sebelumnya ketika belajar untuk ujian akhir.
.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Konsentrasi

Kesenian atau latihan dalam berkonsentrasi, bejalar biologi ataupun main billiard, ialah menyisihkan ganguan dan memperhatikan apa yang kamu kerjakan. Jika anda menemukan sesuatu yang tidak anda mengerti dalam bacaan, atau jika anda mengalami kesulitan dalam mendengarkan kuliah, semoga pentunjuk-petunjuk berikut ini bisa menolong anda:
  • Melakukan kebiasaan rutine,
    jadwal belajar yang efisien
  • Belajar di lingkungan yang tenang
  • Untuk istirahat,
    kerjakan sesuatu yang lain dari kebiasaan yang anda lakukan (misalnya jalan-jalan sehabis duduk), dan lain-lain
  • Hindari mengelamun
    dengan menanyakan diri sendiri tentang bahan pelajaran sambil mempelajarinya
  • Sebelum kelas, pelajari catatan
    dari pertemuan sebelumnya dan baca bahan kuliah yang akan dibahas di kelas sehingga anda dapat mengetahui topik utama yang akan dibahas oleh dosen terlebih dahulu
  • Tunjukan perhatian anda saat di dalam kelas
    (ekspresi and sikap badan dengan penuh perhatian) untuk medorong semangat belajar anda
  • Hindari ganguan
    dengan duduk di depan kelas jauh dari ganguan teman sekelas dan dengan memperhatikan dosen sehingga dapat mendengarkan dan menulis catatan yang baik
Sumber: J. R. Hayes, The Complete Problem Solver, Franklin Institute Press, 1981

EFEKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA

Beberapa waktu lalu ada yang menanyakan pada saya, kenapa anak saya kok kelihatannya pintar matematika? Apa materi yang saya pakai? Bagaimana belajarnya?
Nah ketika saya tunjukkan materi dari CIMT yang saya pakai, si penanya terheran-heran, karena materi CIMT bukanlah buku penuh warna dengan layout khas buku anak-anak yang menarik. Materinya gratis, berupa tulisan hitam-putih dengan angka-angka, dan gambar yang hitam putih pula tanpa warna. Lalu bagaimana anak saya bisa tertarik pada matematika?
Banyak orang tua berusaha sekuat tenaga supaya anak suka dengan matematika. Mereka mendaftar pada belajar online matematika dengan tampilan yang khas anak-anak, mereka membeli alat peraga, mereka membeli CD interaktif pembelajaran matematika, dll. Semuanya itu tak dilarang. Tapi bagaimana dengan orang tua yang budgetnya sangat minim? Bagaimana homeschooling bisa untuk semua anak jika harus berbayar mahal begitu? Menjadi orang tua homeschooling tidak dituntut untuk kaya atau punya banyak uang. Menjadi orang tua homeschooling hanya dituntut untuk kreatif, mau belajar, dan mau berusaha.
Mari kreatif! Diawali dengan berpikir. Pikirkan dan pertimbangkan cara belajar yang paling disukai anak. Apakah anak suka belajar dengan bergerak? Apakah anak suka belajar sambil mendengarkan musik? Apakah anak suka belajar sambil menggambar? Dan seterusnya. Dari sini kita mulai eksplorasi cara pemberian materi matematika. Materi sama, namun cara pemberian berbeda, ini sudah memperbesar efektivitas dalam belajar.
Berikut saya berikan beberapa tips untuk meningkatkan efektivitas belajar matematika :
  1. Tanamkan pemikiran bahwa anak sedang mulai dari nol, dan belum tahu tentang tema itu sebelumnya. Ini yang seringkali menjadi sumber kesalahan orang tua dalam mendampingi anak belajar. Orang tua menyamakan kondisi anak dengan kondisinya yang sudah tahu dan sudah pernah belajar tentang materi itu sebelumnya. Orang tua tak menyadari bahwa anak belum pernah mempelajari materi itu dan saat ini sedang belajar. Tanpa menyadari hal ini, orang tua sering jatuh dalam amarah dan rasa jengkel kenapa kok anak tidak segera paham dengan materi yang dipelajari.
  2. Tanamkan pemikiran bahwa anak sedang belajar, bukan sedang ujian. Ya, saat ini anak sedang belajar, sedang membutuhkan bimbingan penuh. Bukan sedang ujian. Jika ujian, anak memang harus mengerjakan soal-soal sendiri, tidak perlu bimbingan lagi. Dan ujian sebenarnya ditujukan bukan semata-mata untuk tes kepandaian anak, hasil dari ujian bukan hanya mencerminkan kepandaian anak, tapi juga mencerminkan kepandaian orang tua dalam mendampingi anak belajar, termasuk belajar matematika.
  3. Terapkan soal pada kehidupan sehari-hari yang sering dia alami. Membaca soal melulu bukanlah cara yang tepat untuk belajar matematika jika tidak disertai penerapannya dalam kerangka kegiatan anak setiap hari. Belajar 115+324=.... akan sia-sia jika tidak disertai penerapan, misalnya : “ibu belanja tepung sebanyak 115 gr, lalu tante Wina mengirim tepung 324 gr untuk ibu, sekarang berapa banyak tepung yang ibu miliki?” Dari sini anak bisa memiliki gambaran apa yang harus dia lakukan untuk menjawab soal matematika tersebut, juga anak bisa memecahkan persoalan hidup yang sama jika suatu saat harus menghadapinya.
  4. Kehidupan nyata lebih penting daripada rumus krn rumus sangat abstrak jika tanpa disertai penerapan di kehidupan nyata.
  5. Gunakan segala yang ada di sekitar anak untuk menjelaskan suatu konsep yang baru. Dengan menggunakan segala benda yang ada di sekitar anak, maka anak dengan mudah mengasosiasikan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Belajar yang paling efektif itu bukan dibawah tekanan atau stress. Belajar di bawah tekanan tidak akan menghasilkan apapun kecuali ketakutan.

CARA BELAJAR YANG EFEKTIF

Langkah-langkah belajar efektif adalah mengetahui

  • diri sendiri
  • kemampuan belajar anda
  • proces yang berhasil anda gunakan, dan dibutuhkan
  • minat, dan pengetahuan atas mata pelajaran anda inginkan
Anda mungkin belajar fisika dengan mudah tetapi tidak bisa belajar tenis, atau sebaliknya. Belajar apapun, adalah proces untuk mencapai tahap-tahap tertentu.
Empat langkah untuk belajar.
Mulai dengan cetak halaman ini dan jawab pertanyan-pertanyaannya. Lalu rencanakan strategi anda dari jawaban-jawabanmu, dan dengan "Pedoman Belajar" yang lain.
Mulai dengan masa lalu Apakah pengalaman anda tentang cara belajar? Apakah anda
  • senang membaca? memecahkan masalah? menghafalkan? bercerita? menterjemah? berpidato?
  • mengetahui cara menringkas?
  • tanya dirimu sendiri tentang apa yang kamu pelajari?
  • meninjau kembali?
  • punya akses ke informasi dari banyak sumber?
  • menyukai ketenangan atau kelompok belajar?
  • memerlukan beberapa waktu belajar singkat atau satu yang panjang?
Apa kebiasaan belajar anda? Bagaimana tersusunnya? Yang mana terbaik? terburuk?
Bagaimana anda berkomunikasi dengan apa yang anda ketahui belajar paling baik? Melalui ujian tertulis, naskah, atau wawancara?
Teruskanke masa sekarang Berminatkah anda?
Berapa banyak waktu saya ingin gunakan untuk belajar?
Apa yang bersaing dengan perhatian saya? Apakah keadaannya benar untuk meraih sukses?
Apa yang bisa saya kontrol, dan apa yang di luar kontrol saya?
Bisakah saya merubah kondisi ini menjadi sukses?
Apa yang mempengaruhi pembaktian anda terhadap pelajaran ini?
Apakah saya punya rencana? Apakah rencanaku mempertimbangkan pengalaman dan gaya belajar anda?
Pertimbangkan
proses,
persoalan utama
Apa judulnya?
Apa kunci kata yang menyolok?
Apakah saya mengerti? Apakah yang telah saya ketahui?
Apakah saya mengetahui pelajaran sejenis lainnya?
Sumber-sumber dan informasi yang mana bisa membantu saya?
Apakah saya mengandalkan satu sumber saja (contoh, buku)?
Apakah saya perlu mencari sumber-sumber yang lain?
Sewaktu saya belajar, apakah saya tanya diri sendiri jika saya mengerti?
Sebaiknya saya mempercepat atau memperlambat?
Jika saya tidak mengerti, apakah saya tanya kenapa?
Apakah saya berhenti dan meringkas?
Apakah saya berhenti dan bertanya jika ini logis?
Apakah saya berhenti dan mengevaluasi (setuju/tidak setuju)?
Apakah saya membutuhkan waktu untuk berpikir dan kembali lagi?
Apakah saya perlu mendiskusi dengan "pelajar-pelajar" lain untuk proces informasin lebih lanjut?
Apakah saya perlu mencari "para ahli", guruku atau pustakawan atau ahliawan?
Buat
review
Apakah kerjaan saya benar?
Apakah bisa saya kerjakan lebih baik?
Apakah rencana saya serupa dengan "diri sendiri"?Apakah saya memilih kondisi yang benar?
Apakah saya meneruskannya; apakah saya disipline pada diri sendiri?
Apakah anda sukses?
Apakah anda merayakan kesuksesan anda?
Halaman ini digambarkan dari "metacognition", istilah yang diciptakan oleh Flavell (1976), dan disampaikan oleh banyak orang. Sumber-sumber tambahan telah dikembangkan oleh SNOW (Special Needs Opportunity Windows), suatu project yang menargetkan pada pendidik-pendidik bantuan.

DIVISI LES PRIVAT PLUS


Divisi les Privat Plus  adalah solusi belajar dirumah secara instensif dan progresif lembaga, dan  bimbingan belajar secara privat plus telah berpengalaman dalam memberikan les privat untuk TK, SD, SMP, SMA dan Umum. Dengan tentor yang berpengalaman, sabar dan telaten, kami akan membantu meningkatkan prestasi Putra - Putri anda, kami melayani siswa di sekitar Kota Denpasar. Materi yang kami ajarkan antara lain :
TK : Membaca, Menulis, Berhitung
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 40.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon.

SD : Semua mata pelajaran, Persiapan UASBN.
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 50.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon.

SMP :  Kebutuhan Siswa, Persiapan UN
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 60.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon.

SMA : Kebutuhan Siswa, Persiapan UN,
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 70.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon.

Khusus Siswa BPK PENABUR,  Sekolah Internasional
* Biaya les Rp. 90.000 /pertemuan transport.
UMUM : Komputer, Bahasa Inggris, Melukis/Menggambar
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 80.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon.



Khusus Bahasa Bali : Membaca Aksara Bali, Menulis Aksara Bali dan Menulis Lontar di terima dari SD-UMUM
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 50.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon










Khusus Les Melukis: untuk SD-UMUM
* Guru akan datang ke rumah siswa sesuai jadwal yg telah disepakati.
* Waktu belajar @ 1,5 jam
* Biaya les Rp. 50.000 /pertemuan transport.
* Pendaftaran cukup melalui telepon
* UNTUK PERALATAN MELUKIS DI sediakan oleh murid

LES RENANG
SPEFIKASI
*Anak-anak usia remaja
*Pembelajaran Menengah
Waktu dan Tempat
*Waktu latihan menyesuaikan antara pelatih dengan murid serta durasi latihan selama 1 jam.
*Tempat latihan Di Kolam Renang tiara Dewata Denpasar
METODE
*Setiap murid harap membawa peralatan renang.
*Bagi murid yang menderita penyakit tertentu harap menginformasikan kepada pelatih.
*Setiap murid akan diberi Kartu Presensi yang berfungsi sebagai daftar kehadiran mengikuti Privat Renang dan diisi sendiri setelah latihan.
Biaya : Seminggu 2 kali  = Rp 150.000 / Bulan

         
Divisi Privat PLUS COLLEGE : 087860232129