Beberapa waktu lalu ada yang menanyakan
pada saya, kenapa anak saya kok kelihatannya pintar matematika? Apa
materi yang saya pakai? Bagaimana belajarnya?
Nah ketika saya tunjukkan materi dari CIMT
yang saya pakai, si penanya terheran-heran, karena materi CIMT bukanlah
buku penuh warna dengan layout khas buku anak-anak yang menarik.
Materinya gratis, berupa tulisan hitam-putih dengan angka-angka, dan
gambar yang hitam putih pula tanpa warna. Lalu bagaimana anak saya bisa
tertarik pada matematika?
Banyak orang tua berusaha sekuat tenaga
supaya anak suka dengan matematika. Mereka mendaftar pada belajar online
matematika dengan tampilan yang khas anak-anak, mereka membeli alat
peraga, mereka membeli CD interaktif pembelajaran matematika, dll.
Semuanya itu tak dilarang. Tapi bagaimana dengan orang tua yang
budgetnya sangat minim? Bagaimana homeschooling bisa untuk semua anak
jika harus berbayar mahal begitu? Menjadi orang tua homeschooling tidak
dituntut untuk kaya atau punya banyak uang. Menjadi orang tua
homeschooling hanya dituntut untuk kreatif, mau belajar, dan mau
berusaha.
Mari kreatif! Diawali dengan berpikir. Pikirkan dan pertimbangkan
cara belajar yang paling disukai anak. Apakah anak suka belajar dengan
bergerak? Apakah anak suka belajar sambil mendengarkan musik? Apakah
anak suka belajar sambil menggambar? Dan seterusnya. Dari sini kita
mulai eksplorasi cara pemberian materi matematika. Materi sama, namun
cara pemberian berbeda, ini sudah memperbesar efektivitas dalam belajar.
Berikut saya berikan beberapa tips untuk meningkatkan efektivitas belajar matematika :
-
Tanamkan pemikiran bahwa anak sedang mulai dari nol, dan belum tahu tentang tema itu sebelumnya. Ini yang seringkali menjadi sumber kesalahan orang tua dalam mendampingi anak belajar. Orang tua menyamakan kondisi anak dengan kondisinya yang sudah tahu dan sudah pernah belajar tentang materi itu sebelumnya. Orang tua tak menyadari bahwa anak belum pernah mempelajari materi itu dan saat ini sedang belajar. Tanpa menyadari hal ini, orang tua sering jatuh dalam amarah dan rasa jengkel kenapa kok anak tidak segera paham dengan materi yang dipelajari.
-
Tanamkan pemikiran bahwa anak sedang belajar, bukan sedang ujian. Ya, saat ini anak sedang belajar, sedang membutuhkan bimbingan penuh. Bukan sedang ujian. Jika ujian, anak memang harus mengerjakan soal-soal sendiri, tidak perlu bimbingan lagi. Dan ujian sebenarnya ditujukan bukan semata-mata untuk tes kepandaian anak, hasil dari ujian bukan hanya mencerminkan kepandaian anak, tapi juga mencerminkan kepandaian orang tua dalam mendampingi anak belajar, termasuk belajar matematika.
-
Terapkan soal pada kehidupan sehari-hari yang sering dia alami. Membaca soal melulu bukanlah cara yang tepat untuk belajar matematika jika tidak disertai penerapannya dalam kerangka kegiatan anak setiap hari. Belajar 115+324=.... akan sia-sia jika tidak disertai penerapan, misalnya : “ibu belanja tepung sebanyak 115 gr, lalu tante Wina mengirim tepung 324 gr untuk ibu, sekarang berapa banyak tepung yang ibu miliki?” Dari sini anak bisa memiliki gambaran apa yang harus dia lakukan untuk menjawab soal matematika tersebut, juga anak bisa memecahkan persoalan hidup yang sama jika suatu saat harus menghadapinya.
-
Kehidupan nyata lebih penting daripada rumus krn rumus sangat abstrak jika tanpa disertai penerapan di kehidupan nyata.
-
Gunakan segala yang ada di sekitar anak untuk menjelaskan suatu konsep yang baru. Dengan menggunakan segala benda yang ada di sekitar anak, maka anak dengan mudah mengasosiasikan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
-
Belajar yang paling efektif itu bukan dibawah tekanan atau stress. Belajar di bawah tekanan tidak akan menghasilkan apapun kecuali ketakutan.
No comments:
Post a Comment